Doktrin Trintatis
Nama : Adryan P.T. Hutabarat
Nim :
15.01.1208
Ting/Jur : IIA/ Teologi
Mata
Kuliah : Dogmatika I
Dosen : Pardomuan Munthe, M.Th
Doktrin Trinitatis (=Hakikat
Ke-Allahan dari ke-3 Oknum Trinitas)
Metodologi Ontologis
(Kebenaran-kebenaran akaliah) (IX)
(Akar masalah timbulnya ide-ide
Trinitatis dan Munculnya keragaman ide tentang Trinitatis abad 1-4)
I.
Pendahuluan
Dalam
pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang Doktrin Trinitatis, dimana kita
akan mengetahui Akar Masalahnya timbul ide-ide Trinitatis dan Munculnya
keragaman ide tentang Trinitatis pada abad 1-4. Kiranya pertemuan kita kali ini
akan menambah wawasan kita bersama. Dan saya siap menerima kritik dan saran
dari Bapak dosen kita serta dari teman-teman sekalian.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Trinitatis
Dalam
fasal yang lalu kita belum membicarakan rahasia Allah yang paling dalam. Rahasia
itu ialah bahwa Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus.[1]
Tuduhan bahwa Allah-nya orang Kristen ada tiga, adalah hasil kesalahpahaman.[2]
Bapa, Anak, dan Roh Kudus, ketiga-tiganya adalah sehakekat, yakni hakekat
Ilahi. Mereka adalah satu hakekat. Hal ini sering disebutkan dalam Alkitab,
Waktu Tuhan Yesus dibaptiskan, kita mendengar suara Bapa: “Inilah Anak yang
Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”(Matius 3:17).[3]
2.2.Latar
Belakang Trinitatis
Ancaman
eksternal terhadap gereja datang dari pihak luar, yang mengkritik,
mempertanyakan dan merongrong ajaran gereja, dengan maksud menyalakan,
meniadakan dan menghancurkan keutuhan persekutuan gereja. Dari konteks dan
kondisi seperti itulah lahir motif penyusunan doktrin gereja tentang Allah
Trinitas. Doktrin gereja tentang Allah Trinitas lahir dari latarbelakang
pemahaman tafsir yang berbeda, sehingga terjadi polemic dan perumusan tentang
Allah yang berbeda-beda.[4]
Diketahui
bahwa istilah Tritunggal atau Trinitas memang bukan istilah Alkitab. Namun
demikian makna dan pemahaman yang terkandung didalam Trinitas atau Tritunggal
itu sudah ada didalam alkitab. Istilah itu pertama sekali diungkapkan
Tertulianus untuk merumuskan kepercayaan terhadap Allah, Yesus Kristus dan Roh
Kudus.[5]
2.3.Pengertian
Metodologi Ontologis
Ontologis
berasal dari kata Yunani yaitu on
merupakan bentuk netral dari on dengan bentuk generatifnya yaitu bentuk dari
partisipatif dari kerja einai yang
artinya “ada” atau “mengada”. Jadi dapat disimpulkan ontology yaitu ilmu yang
meneliti keberadaan Allah. Metodologi Ontologis yaitu untuk mencapai tujuan
dalam, membuktikan bahwa Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus (Trinitas) benar
ada dalam pemahaman yang bersumber dari pemikiran manusia itu sendiri.[6]
2.4.Yang
menjadi Akar Masalah Timbulnya Ide-Ide Trinitatis
Pada
abad-abad yang pertama gereja dihadapkan dengan persoalan-persoalan sebagai
berikut:
a. Pengakuan
yang diambil-alih dari ajaran Yahudi yaitu bahwa Tuhan Allah adalah Esa
b. Pengakuan
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
Disepanjang
sejarah gereja tampaklah pergumulan Gereja untuk merumuskan kepercayaannya yang
mengenai Tuhan Allah. Didalam pergumulan tadi kita menyaksikan bagaimana gereja
di satu pihak berusaha untuk menghindarkan diri dari bahaya mempertahankan
keesaan Allah dengan melepaskan ketritunggalannya, artinya: bahwa orang
sedemikian menekankan kepada ajaran bahwa Allah adalah Esa, sehingga sebutan
Bapa, Anak dan Roh Kudus seolah-olah hanya dipandang sebagai sifat-sifat Allah
saja.[7]
Pergumulan teologi Kristen tentang soal ini serba rumit; disini kita hanya
dapat menyajikan garis-garis besarnya dengan bentuk yang disederhanakan. Dengan
pembatasan ini, kita dapat mengikhtisarkan riwayat kelahiran dogma Trinitas
sebagai berikut: ada kelompok yang cenderung untuk menghapuskan batas antara
Allah Bapa dengan Kristus (Irenaeus, dll) dan ada kelompok yang begitu
menggemari ilmu filsafat zamannya sehingga cenderung mengabaikan mengabaikan
keesaan Allah dan ketuhanan Kristus (Origenes). Akhirnya Arius berupaya
menyelematkan keesaan Allah dengan menempatkan tokoh Kristus diluar Allah .
Akibatnya gereja terpaksa menertibkan kaum teolognya dengan menerima rumus yang
wajib diterima semua orang percaya.[8]
Soal Trinitas diputuskan pada Konsili-konsili Nicea (325) dan Konstantinopel
(381).[9]
2.5.Trinitas
menurut Kitab Suci
Ajaran
tentang trinitas diuraikan dengan lebih jelas dalam Alkitab, antara lain:
2.5.1.
Perjanjian
Lama
Bahwa
Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri sebagai Bapa telah didapatkan didalam P.L. Dalam
Ul. 32:6 Musa berkata kepada umat Israel didalam nyanyiannya: “demikian engkau
mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak
bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan
menegakkan engkau?.” Didalam bagian Alkitab ini Musa mengingatkan kepada bangsa
Israel, bahwa Tuhan Allah adalah Bapanya, sebab TUHAN itulah yang telah
mencipta Israel dan yang telah menegakkan mereka.[10]
2.5.2.
Perjanjian
Baru
Mengenai
Perjanjian Baru, selanjutnya dapat disebut Mat:28:9, sebuah rumusan yang
diucapakan pada pelayanan Baptisan Kudus. Dalam 1 Kor 12: 4-6 dan Ef 4 :4-6
Paulus berkata tentang Roh, Kyrios (Tuhan
Yesus) dan Allah Bapa.[11]
Contoh-contoh lain dari kesatuan Bapa, Anak dan Roh Kudus banyak sekali
terdapat di Perjanjian Baru, terutama didalam Injil Yohanes. Yohanes 1.1
menyatakan “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah”. Beberapa ayat kemudian, penulis Injil tersebut
menunjukan bahwa Firman mengacu kepada Yesus. Yesus menegaskan, “Aku dan Bapa
adalah satu”(Yoh 10:30) dan berkata bahwa setiap orang yang telah melihat-Nya,
telah meilihat Bapa (Yoh 14:9). Dia berkata bahwa Bapa akan mengirimkan Roh
Kudus dalam nama-Nya (Yoh 14:26), dan ketika Roh Kudus datang, Dia akan
memuliakan-Nya (Yoh 16:13-14).[12]
2.6.Tujuan
Trinitas
Trinitas
yang bersifat “ekonomis” dan “berzejarah-keselamatan” ini dapat dimengerti juga
sebagai trinitas yang imanen. Kasih yang didalam trinitas Allah sendiri adalah
syarat kasih-Nya terhadap kita. Hanya karena Allah adalah kasih, maka Dia berbuat
kasih. Kasih itu adalah hakikat-Nya sendiri, bukanlah sesuatu yang ditambahkan
pada hakikat-Nya”.[13]
2.7.Keanekaragaman
Ide Trinitas Abad I-IV
2.7.1.
Ide-ide
Trinitas Abad I
1.
Paulus
Saulus,
orang Tarsus itu, boleh jadi lahir kira-kira dua tahun sesudah Kristus, di
Tarsus di Negeri Kilikia.[14]
Dalam Alkitab mencatat bahwa Paulus selalu memakai nama Allah Bapa, Allah
Putra, Paulus menggagap bahwa Tritunggal mempunyai posisi, kehormatan,
kekuasaan, kesucian dan kemuliaan yang sama. Paulus juga memandang tiga oknum
Allah itu sama adanya, yaitu Tuhan adalah Kristus maka dia sering memakai Tuhan
Kristus dan Roh Kudus adalah mewakili Allah yang berdiam dalam hati orang
percaya. Bila Paulus menyebut Allah Bapa, sudah mengandung arti Allah Ank dan
Allah Roh Kudus. Bila menyebut nama Roh Kudus, juga mengandung nama Allah Bapa,
dan Allah Putra, sebutan dari salah satu nama, sudah berarti tiga nama
didalam-nya.[15]
2.7.2.
Ide-ide
Trinitas Abad II
1.
Yustinus
Martir
Yustinus
mengakui bahwa orang-orang Kristen memang menolak ilah-ilah kafir palsu, tetapi
orang-orang Kristen tidak menyangkal Allah yang benar, ia berkata “baik Bapa
maupun Anak yang berasal daripada-Nya dan yang mengajar kepada kita hal-hal
ini, dan sejumlah besar malaikat yang baik yang mengikuti dan menciptakan seperti Dia, dan Roh yang bersifat nabiah
yang kami sembah, oleh sebab kami menghormati Dia dalam akal dan kebenaran.”
Urutan bagaimana makhluk-makhluk itu disembah yaitu : Bapa, Kristus, RohKudus.[16]
2.
Irenaeus
Irenaeus
adalah salah seorang Bapa Gereja Timur yang terpenting pada abad kedua.[17]
Dengan cara ini Irenaeus mengembangkan segi-segi dasariah dari suatu ajaran
Trinitas. Dan memang inilah yang dikembangkan secara penuh mengenai Trinitas
selama abad-abad pertama dan ke-2 M. Segi ajaran yang khas dari ajaran ini
adalag bahwa ia tidak mulai dengan menampilkan pribadi-pribadi itu sebagai yang
secara bersama-sama ada, sebagaimana dilakukan oleh ajaran Trinitas ortodoks
dalam abad ke-4M.[18]
2.7.3.
Ide-ide
Trinitas Abad III
1.
Tertulianus
Tertulianus
dilahirkan sekitar tahun 160 di Kartago dari keluarga Romawi kafir.[19]
Ia merupakan orang yang sangat besar pengaruhnya bagi perumusan ajaran
Tritunggal. Ia berkata satu substantia, tiga persona, atau pribadi. Maksudnya
ialah untuk berpegang pada tiga pribadi ada dalam satu substansi, namun tetap
lah hanya ada satu Allah.[20]
Dengan demikian, jelaslah bahwa tiga personae
dapat berbagi satu substantia . Tiga
pribadi (Bapa, Putra dan Roh kudus) dapat berbagi satu hakikat (kedaulatan
ilahi). [21]
2.
Origenes
Ajarannya
mengenai trinitas ditandai dua segi dasar. Pertama, sama dengan Ireneus dan
tertulianus, ia juga menekankan keesaan
Allah. Yang kedua, oleh karena Bapa itu adalah sempurna dalam kebaktian dan
kuasa-Nya, maka ia senantiasa telah memiliki sasaran-sasaran bagaimana
melaksanakan Kebaikan dan Kuasa.[22]
3.
Sabelius
Dia
mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, Anak, dan Roh kudus adalah
modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah yang Esa itu. Semula, yaitu didalam
PL, Tuhan Allah menampakkan diri-Nya dalam bentuk modus Bapa. Yaitu sebagai
Pencipta dan Pemberi Hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan diri-Nya dalam
modus Anak, yaitu sebagai Juruselamat yang melepaskan Umat-Nya, yang dimulai
dari kelahiran Yesus Kristus hingga kenaikan-Nya ke sorga. Akhirnya, Tuhan
Allah sejak hari pentakosta menampakkan diri-Nya didalam wajah Roh Kudus, yaitu
sebagai Yang Menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urut-urutan
penampakan Tuhan Allah didalam sejarah.[23]
2.7.4.
Ide-ide
Trinitas Abad IV
1.
Arius
Arius
diperkirakan lahir di Aleksandria, yaitu pada masa penghambatan Kaisar Decius.
Arius mengajarkan bahwa Allah dalam pengertian kata yang sebenarnya adalah
Allah yang sejati, Bapa saja. Ada waktu yang didalamnya Allah ada pada dirinya
sendiri. Kemudian Allah melahirkan anak itu dari yang tiada (ex-nihilio) oleh kehendak-Nya sendiri.
Anak itu bukan saja sulung dan permulaan, melainkan Ia juga pencipta alam
semesta, suatu makhluk yang mempunyai
kehendak yang bebas sendiri yang dalam diri-Nya sendiri dapat berdosa namun
karena ketergantungannya pada status sorgawi-Nya, maka ia tidak berdosa.[24]
2.
Anthanasius
Anthanasius
adalah seorang bapa gereja Yunani yang berkali-kali mengalami pengusiran dari
kedudukannya sebagai Aleksandria karena ia gigih mempertahankan ajaran-ajaran
Konsili Nicea. Kira-kira tahun 318 ia
menuliskan dia risalah pendek, yaitu Cotra
Gentes (melawan orang kafir), yang didalamnya ia menguraikan kesia-siaan
serta kebodohan yang terdapat dalam-dalam ibadah kafir. Risalah yang kedua adalah De Incarnations (mengenai Inkarnasi),
yang menjelaskan bagaiman Logos Ilahi menjadi satu dengan kemanusian. Baginya
Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia. Putra Allah adalah sehakikat dengan
Allah Bapa. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan hanya dengan Ia dapat
menyelamatkan manusia.[25]
3.
Augustinus
Orang
yang rumit ini adalah Aurelius Augustinus, yang lebih dikenal sebagai Augustinus. Lahir pada tahun 354, di Tagaste,
ibunya bernama Monica adalah seorang Kristen yang saleh.[26]
Agustinus dalam bukunya “De Trinitate”
merumuskan bahwa ketritunggalan itu demikian, bahwa hubungan Bapa, Anak, dan
Roh Kudus didalam Zat ilahi adalah sebagai ingatan, akal, dan kehendak, atau
sebagai “yang mengasihi”, “sasaran kasih” dan “Kasih”. Roh bukan hanya suatu
fungsi, melainkan suatu tindakan kasih, ikatan yang menghubungkan Bapa dan
Anak.[27]
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa istilah Trinitas atau Tritunggal
berarti ada tiga Oknum Kekal dalam dalam satu hakekat ilahi yang dikatakannya
sebagai tiga kepribadiaan Allah. Trinitas merupakan Allah yang dipercayai oleh
orang Kristen yang menyatakan diri-Nya kepada manusia. Dan keberadaan Trinitas
adalah salah satu doktrin yang diajarkan dalam kekristenan. Pemikiran tentang
Trinitas tidak terlepas dari Bapa-bapa gereja yang mengungkapkan ide-ide mereka
tentang Trinitas melalui konsep pemikiran mereka masing-masing . Keanekaragaman
akan konsep Trinitas ini sangat membingungkan. Dan dalam persoalan ini, gereja
akan melaksanakan konsili-konsil untuk memutuskan dan merumuskan ajaran
tersebut.
IV.
Daftar
Pustaka
Bavinck, J.H., Sejarah Kerajaan Allah, Jakarta: Gunung Mulia, 2007
Becker, Dieter,Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000
Boland, B.J dan G.C. Van Niftrik., Dogmatika masa kini, Jakarta: Gunung
Mulia, 2011
Budipranoto, Ida, Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa yang Kita
Yakini?, Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia,
2013
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1990
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM, 2007
Lohse, Benhard, Pengantar Sejarah Dokma Kristen, Jakarta:
BPK-GM, 2013
Lohse, Benhard, Pengantar Sejarah Dokma Kristen, Jakarta:
BPK-GM, 2011
Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematang
Siantar: L-SAPA, 2008
Petersan, Randy & J. Stephen
Lang, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah
Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2013
Samosir, Leonardius, Agama dengan Dua Wajah Jakarta: OBOR,
2010
Van den End, Thomas, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM,
2003
Verkuyl, J., Aku Percaya, Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 1987
Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh –tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
Gunung Mulia, 2015
Wongso, Peter, Doktrin Tentang Allah, Malang: SAAT, 1988
[1]J.
Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK
GUNUNG MULIA, 1987),43
[2]
Leonardius Samosir, Agama dengan Dua
Wajah (Jakarta: OBOR, 2010),9
[3]
J. Verkuyl, Aku Percaya, 48
[4]
Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar
Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2008), 134
[5]
Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar
Bebas, 155
[6]
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta:
BPK-GM, 1990), 74
[7]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta,
BPK Gunung Mulia, 2013), 104
[8]Thomas
Van den End, Harta Dalam Bejana,
(Jakarta: BPK-GM, 2003), 65
[9]
Thomas Van den End, Harta Dalam Bejana,64
[10]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta,
BPK Gunung Mulia, 2013),111
[11]G.C.
Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika
masa kini, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011),549
[12]Ida
Budipranoto, Mari Berpikir Tentang
Teologi: Apa yang Kita Yakini?, (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011), 86
[13]Dieter
Becker,Pedoman Dogmatika, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2000),114
[14]J.H.Bavinck,
Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2007), 723
[15]Peter
Wongso, Doktrin Tentang Allah, (Malang:
SAAT, 1988), 36
[16]
Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dokma
Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2011)54
[17]
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh
–tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 107
[18]
Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dokma
Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 55
[19]
Tony lane, Runtut Pijar, (Jakarta:
BPK-GM, 2007),11
[20]
Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dokma
Kristen, 56
[21]
J. Stephen Lang & Randy Petersan, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2013),11
[22]
Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dokma
Kristen, 57
[23]
Harun Hadiwijono, Iman Kristen,
(Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2013), 105
[24]
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh
–tokoh dalam Sejarah Gereja, 15
[25]
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh
–tokoh dalam Sejarah Gereja, 21-22
[26]
J. Stephen Lang & Randy Petersan, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 26
[27]
Harun Hadiwijono, Iman Kristen,
(Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2013), 109
Jika Ingin di Copy, Harap Izin Gan
BalasHapusSalam Mahasiswa
BalasHapusAdryan Hutabarat
Nim : 15.01.1208
GKPI-STT Abdi Sabda-MedanHelvetia
Menjuah-juah, Njuah-juah,Yahowu, Horas !!!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusCasinos Near me - DrMCD
BalasHapusBest Casinos 충청남도 출장마사지 Near Me 용인 출장샵 - Find your nearest 경상북도 출장샵 casino. You can find the top casinos on the 서귀포 출장안마 map. 당진 출장안마 These are some of the best in the world.