Metodologi dan Dokrin Keselamatan Katholik dan Protestan
Nama : Adryan Putra Tua Hutabarat
Ting/Jur : IIA/ Teologi
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Teologi
Dosen : Dr. Deddy Fajar
Purba
Metodologi dan Dokrin Keselamatan
Katholik dan Protestan
I.
Pendahuluan
Jika
berbicara tentang keselamatan, semua manusia berfikir bahwa dirinya tentu akan
diselamatkan sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Namun apa dan bagaimana
sebenarnya keselamatan itu terjadi tidak lah diketahui secara pasti bagaimana
rencana Allah dalam memberikan keselamatan. Pada pertemuan kali ini kami para
penyaji akan mencoba memaparkan sajian kami dengan judul Metodologi dan Dokrin
keselamatan. Kiranya pembahasan kali ini dapat menjadi bekal dan menambah
pemahaman kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Metodologi
Metodologi
adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang
bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh
pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoretis mengenai suatu
cara/metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan.
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos,
terdiri dari dua kata meta (melalui,
menuju, mengikuti) dan hodos (jalan,
cara, arah). Arti kata methodos adalah
cara melakukan sesuatu menurut aturan
tertentu.[1]
2.2.Pengertian
Keselamatan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan diartikan sebagai kesejahteraan,
kebahagian, perihal keadaan.[2]
Keselamatan merupakan tema dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.
Keselamatan bersifat perorangan, nasional, dan dunia semesta. Keselamatan
berpusat pada Pribadi yang paling besar, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Dari
sudut pandang Allah, keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam membawa
manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran, dari kematian ke kehidupan
kekal, dari musuh menjadi anak. Dari sudut pandangan manusia keselamatan
mencakup segala berkat yang berada di dalam Kristus, yang bisa diperoleh dalam
kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.[3]
Karya
Kristus sebagai penyelamat adalah satu, yaitu menyelamatkan umat-Nya. Akan
tetapi karya yang satu ini memiliki segi atau faset yang bermacam-macam sekali,
yang disebabkan karena keadaan manusia yang berdosa diselamatkan juga memiliki
segi atau faset yang bermacam-macam sekali.[4]
2.3.Latar
Belakang Keselamatan Katholik
Sesudah
tahun 1000, penduduk Eropa Barat mulai memperhatikan kembali karangan-karangan
filsafat Yunani (Plato dan Aristoteles), yang menyelaraskan ajaran gereja
dengan filsafat Yunani. Aliran teologi tersebut disebut aliran teologi Skolastik.[5]
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati
dan kodrati, tingkat atas dan tingkat bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya
dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan
bisa menjadi sempurna jika disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati).
Mengenai manusia, Aquines mengajarkan bahwa pada mulanya manusia mempunyai
hidup adikodrati yang sempurna dan diberi Rahmat Allah. Dengan bantuan Rahmat
adikodrati manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan
manusia dimenangkan oleh kristus.[6]
2.3.1.
Pemikiran
Gereja Katholik Mengenai Indulgensia
Indulgensia
timbul dari praktek pengakuan dosa. Sesudah pengakuan dosa dan pengampunan dosa
itu absolusi yang diberi oleh iman, harus dibuktikan kesungguhan penyesalan itu
dengan menaklukkan diri kepada rupa-rupa hukuman atau usaha penitensia. Praktek
indulgensia GRK lebih meluyas lagi, ketika penghapusan dosa itu bukan saja
didapat berdasasrkan amalan manusia, tetaopi kemudian dijual dan dibelikan deangan
uang. Kelobakan paus dan klerus tak putus-putusnya membutuhkan banyak uang.
Penjualan
penghapusan siksa itu kemudian dijadikan perdagangan internasional: teristimewa
dimaklumkan oleh gereja bahwa selain dari siksa diri yang bersangkutan dalam
api penyucian itu, maka siksa keluarga yang sudah meninggal pun dikurangi.
Akhirnya orangh menyangka penyesalan yang benar tidak perlu lagi, asal sudah
membeli Indulgensia.[7]
2.3.2.
Pemikiran
Katholik Mengenai Sakramen
Kata
“Sakramen” tidak diambil dari Alkitab, melainkan dari adat istiadat Roma, yaitu
dari kata Sacramentum. Bagi Gereja
Roma Katholik sakramen 7 ini tidak dapat diganggu gugat. Selanjutnya ketuju
sakramen itu dipandang sebagai sejajar dengan 7 tahapan jalan hidup manusia
menurut kodrat, sehingga hidup kodrati manusia sejak aawal hingga akhirnya dan
diberkati oleh ketujuh sakramen itu.[8]
Awal gereja mengenal yang namanya ritus-ritus sebagai salah satu bentuk
pelaksanaan hidup gereja. Ritus awal itu antara lain yaitu pembabtisan dan
pemacahan roti. Perbuatn Allah adalah perbuatn keselamatan yang harusn diimani,
diwartakan, dan dilaksanakan melalui ritus tersebut. Ritus meupakan sarana yang
dengannya rhasia penyelamatan Allah disampaikan kepada manusia melalui Ritus
yang selanjutnya di kedengan sakramen.[9]
Dengan menerima sakramen orang mulai berjalan kepada suatu kehidupan yang baru
dan melaksanakan perbuatan baik yang menjadikan ia berkenaan kepada Allah.[10]
Adapun ketujuh Sakramen tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Perjamuan
Kudus (Ekaristi)
Konsili
trente berbicara mengenai 2 hall saja, yaitu kehadiran kristus dalam ekaristi dan mengenai ekariosti sebagai
kurban. Kemudian konsili vatikan II sedikit melengkapi keterbatasan rumusan
trente. Dimana Yesus mengadakan Kurban ekaristi tubuh dan darahnya. Dimana
gereja sebagai mempelainya yang tercinta. Sakramen
kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta-kasih, perjamuan paska, dimana
kristus disantap, jiwa dipenuhio rhmat, dan diberikan jaminan kemuliaan kelak.[11]
2.
Baptisan
Melalui
pembabtisan orang dimasukan kedalam misteri kristus: mereka mati, dikuburkan
dan dibangkitkan bersama Dia: mereka menerima roh pengangkatan menjadi anal,
dan dalam roh itu berseru”Aba bapa” demikianlah mereka menjadi penyembah
sejati.[12]
3.
Konfirmasi
(Penguatan)
Diberikan
oleh usksup kepada anal-anak yang sudah mencapai umur kurang lebih tujuh tahun.
Ia menumpangkan tangannya keatas saat itu sambil bermohon turunya roh kudus
keatasnya, supaya ia dapt menjadi seseorang ksatria Kristen yang melawan iblis
dan dosa dengasn gagah berani.[13]
4.
Pengakuan
Dosa (Sakramen Tobat)
Mereka
yang mmenerima dsakramen tobat memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus
didamaikan dengan gereja. Yang harus dilakukan pengaku dosa 2 hal yaitu:
pengakuan dan penitensi (denda). Tetapi hendaknya menyatakan tobatnya dengan
laku tapa dan mati raga sukarela. Dalam hal ini ia dapat dibantu oleh
indulgensia yakni penghapusan dari hukuman sementara karena jsa-jasa anggota
gereja lain.[14]
5.
Perminyakan
(Sakramen Orang Sakit)
Pengurapan
orang sakit dalam dunia PL biasa sekali dan dimaksudkan sebagai obat (yes1:6
:yer8:22) maka tak jarang para rasul juga “mengolesn banyak dengan minyak dan
menyembuhkan mereka (mar6:13)”. Maksud sakramen pengurapan orang sakit
dijelaskan oleh konsili vatikan II yaitu: Melalui perminyakan suci dan doa para
imam seluruh Gereja menyerahkan orang yang sakit kepada Tuhan, yanga sensara
dan yang telah dimuliakan, supaya ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka.[15]
6.
Perkawinan
Menurut
Gereja Katholik perkawinan itu bersifat kekal atau tidak terceraikan dan ini
sesuain dengan Kitab Suci (Mark 10:1-12, Rm 7:2-3 dan Luk 16:18). Yesusu dalam
injil Matius mengatakan: “Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkjata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu titik pun tidak akan
ditiadakan dari hokum Taurat, sebelumnya terjadi.”. (Mat 5:17-18) Jadi maksud Yesus
tetap bahwa perkawinan itu tetap tsak terceraikan. Hal itu dapat disimpulkan
jika kita membaca ayat 9 pada Matius 19 dengan kesatuan dengan keseluruyhan
konteks perwakinan dalm Kitab Suci.[16]
7. Pentahbisan Iman
Berdasarkan Sakramen Pembaptisan,
semua orang diikutsertakan dalam Imamat Kristus. Sakramen Imamat diterima oleh
seseorang sekali seumur hidup. Dengan sakramen ini maka manusia diangkat untuk
mengabdikan hidupnya sebagai citra Kristus. Gereja menyatakan ini dengan
berkata bahwa seorang iman, berkat Sakramen Tahbisan, bertindak “atas nama
Kristus,Kepala” (in persona Christ
capitis). Menjadi konfigurasi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugrahkan baginya
kuasa, sebagai asisten uskup setemoat, untuk merayakan sakramen-sakramen dan
kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Hanya uskup yang
boleh melayani sakramen ini.[17]
2.3.3.
Pemikiran
Katholik Mengenai Mariologi
Mariologi
adalah refleksi teologi mengenai Maria, ibu Yesus, kedudukan dan perannya dalam
karya penyelamatan Allah.[18]
Dasar segalanya adalah kebenaran iman bahwa maria itu Bunda Allah: “Bunda Putra
Allah, maka putrid Bapa yang Istimewa”. Keperawanan maria tidak langsung
berhubungan dengan panggilannya sebagai Bunda Allah. Konsili Vatikan II
menghubungkan dengan imannya, “dalam iman dan ketaatannya ia melahirkan Putra
Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria, dalam naungan Roh Kudus,
sebagai hawa yang baru”.[19]
2.4.Latar
Belakang Keselamatan Protestan
Protestan
merupakan aliran kekristenan di luar Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks
Timur. Aliran ini menganut prinsip-prinsip ajaran Reformasi. Sebutan Protestan
dikenakan pada golongan yang memisahkan diri dari Gereja katholik Roma dan yang
menganut agar mereka diakui sebagai orang Kristen. Ciri bersama protestanisme,
antara lain adalah penerimaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran, ajaran tentang pembenaran hanya
oleh iman dan imamat am orang percaya. Akibat kejatuhan manusia kedalam dosa,
maka dosa warisan serta kegiatan mendengarkan dan memberitakan firman Allah
mendengarkan dan memberitakan firman Allah mendapat tekanan utama, tetapi
praktik-praktik asketis ditolak.[20]
2.4.1.
Metodologi
Keselamatan Protestan
Alkitab
mengajarkan bahwa keselamatan manusia diperoleh semata-mata dengan anugrah
Allah. Akal budi manusia tidak akan mungkin mampu memikirkan rancangan
keselamatan seperti yang dinyatakan didalam Alkitab (1 Korintus 2: 6-10).
Anugrah Allah dan perbuatan manusia adalah istilah-istilah yang tertutup.
Keselamatan hanya dapat diperoleh salah satu, tidak pernah keduanya. Karena
manusia tidak diselamatkan oleh jasa perbuatannya, maka keselamatan manusia
hanya mungkin terjadi oleh anugrah Allah.[21]
1.
Martin
Luther
Berdasarkan
Teologi Luther manusia diselamatkan
karena Allah telah berjanji bahwa Ia menganggap orang layak itu
diselamatkan kalau ia berbuat baik sesuai dengan kemampuannya. Tidak disangkal
bahwa manusia lemah dan berdosa, tetapi kalau ia sungguh-sungguh berupaya, maka
Allah akan menyelamatkan. Luther menemukan dalam surat Paulus kepada jemaat di
Roma (1:16-17) tafsiran baru mengenai istilah keadilan Allah (iustitia Dey) yang adalah istilah kunci
dalam ajaran protestan mengenai pembenaran manusia (iustificatio).[22]
Secara
teologis hasil pergumulan martin luther dirumuskan dengan 3 semboyan.
1.
Sola
Gratia artinya “hanya oleh anugrah”. Manusia dibenarkan dan
diselamatkan Allah bukan berdasarkan kebaikan atau kesalehannya, melainkan
berdasarkan anugrah Allah saja, yang nyata dalam Yesus Kristus. Manusia adalah
manusia yang berdosa dihadapan Allah. Anugrah Allah inilah yang menjadi sumber
keselamatan.
2.
Sola
Fide artinya “hanya oleh iman”. Manusia dibenarkan dan diselamatkan
oleh iman. Iman dalam arti mempercayakan diri pada anugrah Allah. Iman itu
bukan pekerjaan baik pihak kita. Iman dapat dianalogikan dengan tangan kosong,
yang dengannya seorang miskin menerima sedekah.
3.
Sola
Scriptura artinya “hanya oleh Alkitab”. Hanya Alkitab yang menjadi
tolak ukur bagi iman dan ilmu teologi. Jika antara Alkitab dan tradisi gereja
saling bertentangan maka orang harus lebih menuruti berita Alkitab.[23]
2.
Johanes
Calvin
Ajaran
Calvin tentang predistinasi adalah ajaran penting. Penekanan yang diberikan
calvin kepada ajaran ini merupakan salah satu ciri khas teologinya, yang
membedakannya dari ajaran Luther. Bagi calvin tugas seorang teolog adalah
menjelaskan apa yang ditulis didalam Alkitab, dan menurut calvin predistinasi
diajarkan didalam Alkitab. Perlu dijelaskan bahwa keselamatan tidak diberikan
atau diterima secara kebetulan saja, melainkan karena keputusan yang semata-mata
keputusan Allah. Harus dihindari kesimpulan
bahwa manusia mampu untuk menentukan apakah ia mau diselamatkan atau
tidak. Fungsi ajaran tentang
predistinasi adalah untuk menjamin prakarsa Allah dalam menyelamatkan manusia.
Orang-orang yang dipilih Tuhan itu diberikan anugrah dengan Cuma-Cuma,
sedangkan orang yang ditolak Allah menutup jalan masuk di dalam kehidupannya.[24]
III.
Kesimpulan
Kami
para penyaji menyimpulkan bahwa semua manusia di bumi ini memang mendapatkan
anugrah yang dating nya dari Tuhan. Tetapi cara atau metode mendapatkannya
berbeda-beda menurut tiap-tiap tradisi. Menurut tradisi katolik, pada jaman
kekaisaranlah dulunya keselamatan diperoleh dengan cara indulgensia ataupun
surat penghapusan dosa, katolik juga menyatakan bahwa keselamatan diperoleh
dari ketujuh sakramen yang dikemukan oleh Thomas Aquinas. Sedangkan menurut
tradisi protestan keselamatan diperoleh dengan Cuma-Cuma dari pada Tuhan.
Dimana menurut pandangan Luther bahwa keselamatan hanya diperoleh dengan
anugrah Allah, hanya dari iman, dan
hanya dari Alkitab. Dan menurut pandangan Calvin, keselamatan dapat diperoleh
dari predestinasi yaitu Tuhan yang menentukan siapa yang menerima anugrah dari
Tuhan akan menerima keselamatan bagi mereka yang percaya kepada Tuhan.
IV.
Daftar
Pustaka
A.
Sumber Buku
…..,KBBI, Jakarta: Balai Pustaka,2007
C.
Groenen, Mariologi Teologi dan Devasi, Yogyakarta:
Kanisius, 1998
Charles
C. Ryrie, Teologi Dasar 2, Yogyakarta:
Andi, 2012
Charles
De Foucauld, Gereja Katolik dan
Kegiatannya, Surabaya: Momentum, 2013
Christian
de Jonge, Gereja mencari Jawaban
E.G.Singgih,
Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK-GM,
2010
Edward
W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang
Siantar : GKPI, 2010
F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2011
F.D.
Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh
dalam Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-GM,2011
H.
Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-GM,2011
Harun
Hadi Wijono, Iman Kristen, Jakarta:
BPK-GM, 2015
Juliansyah
Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013
Konferensi
Wali Gereja,iman katholik,
Yogyakarta: Kanisius, 1996
Thomas
Van Den End, Harta dalam Bejana, Jakarta:
BPK-GM, 2011
B.
Sumber Elektronik
http://www.iman
katholik.or.id/sakramen perkawinan (diakses: Rabu. 22 feb 2017)
[1] Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), 22-23
[2] …..,KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka,2007),779
[3] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Andi,
2012)15-16a
[4] Harun Hadi Wijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM,
2015),350
[5] Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM,
2013), 129
[6] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2011),14
[7]H. Berkhof & I.H. Enklaar,
Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2011),116-118
[8]Harun Hadiwijayanto, Iman Kristen, 424
[9]Konferensi Wali Gereja,iman katholik,(Yogyakarta: Kanisius,
1996)398-399
[10] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja,14
[11] Konferensi Wali Gereja, iman katholik, 410
[12] Konferensi Wali Gereja, iman katholik, 425
[13] Van Den End,Harta dalam Bejana,
(Jakarta:BPK-GM,2011),133
[14] Konferensi Wali Gereja, iman katholik, 433-434
[15]
Konferensi Wali Gereja, iman katholik, 414-416
[16]
http://www.iman katholik.or.id/sakramen
perkawinan (diakses: Rabu. 22 feb 2017)
[17]
Charles De Foucauld, Gereja Katolik dan
Kegiatannya, (Surabaya: Momentum, 2013), 98
[18]
C. Groenen, Mariologi Teologi dan Devasi,
(Yogyakarta: Kanisius, 1998), 13
[19]
Konferensi Wali Gereja, iman katholik, 231
[20]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011) 376-377
[21] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar : GKPI, 2010), 86-87
[22] Christian de Jonge, Gereja mencari Jawaban
[23] E.G.Singgih, Apa Itu Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2010),45
[24] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja, 51-52
Salam Mahasiswa
BalasHapusAdryan Hutabarat
Nim : 15.01.1208
GKPI-STT Abdi Sabda-MedanHelvetia
Menjuah-juah, Njuah-juah,Yahowu, Horas !!!