Tafsiran (Kejadian 6 : 4-8) Metode Historis Kristis
Nama : Adryan Putra Tua Hutabarat
NIM :
01.15.1208
Ting/Jur : IIa/ Theologia
M.Kuliah : Hermeneutik Perjanjian Lama I
Dosen : Dr. Jontor Situmorang
Tafsiran (Kejadian 6 : 4-8) Metode
Historis Kristis
I.
Pendahuluan
Ada
lima kitab Taurat yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Dan
untuk pertemuan diawal semester ini, kita akan membahas kitab Kejadian dan
terkhususnya dalam menafsir Kejadian 6:4-8 yang berisikan “Penyesalan Allah”
dengan menggunakan metode penafsiran Historis Kritis. Semoga dalam pertemuan
kita kali ini bermanfaat bagi kita semua. Dan jika ada kritik dan saran dari
bapak dosen serta teman-teman semua, saya bersedia untuk menerimanya untuk
menambah wawasan kita bersama. Tuhan Yesus Memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.Metode
Historis Kritis
Kritik
Historis kritis merupakan salah satu cara penafsiran Alkitab yang menggunakan
perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan arti dan makna yang
terkandung dalam suatu teks Alkitab.[1]
Ada tiga asumsi dasar dalam pendekatan historis kritis:
1. Alkitab
sebagai buku sejarah yang perlu diselidiki kebenarannya
2. Penelitian
ilmiah terhadap Alkitab harus terlepas dari lingkungan
3. Fungsi
analisa tidak hanya menyangkut keputusan terakhir tetapi harus menyangkut teks
buku-buku Alkitabiah.[2]
Tujuan
Historis Kritis untuk menemukan arti dan makna dari sebuah teks dengan
mengutamakan dari sudut pandang sejarahnya secara kritis dan sistematis serta
menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksa
teks dari kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan
seseorang kedalam horizon pengertian masa kini.[3]
2.2.Analisa
Peredaksian
2.2.1
Nama Kitab
Dalam
bahasa Ibrani kitab Kejadian disebut beresyit
(pada mulanya) dalam kata pembuka kita tersebut. Mengenai nama ini sesuai
karena dengan kitab kejadian menceritakan awal dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan iman umat Allah dalam Alkitab.[4] Kitab
Kejadian adalah salah satu dari kitab yang dalam bahasa Ibrani disebut Thorah (taurat) yang berarti
“Pengajaran” yaitu wahyu/pernyataan Allah yang diberi kepada imam-imam.[5]
2.2.2
Penulis, waktu penulisan dan tempat penulisan
Kitab
Kejadian tidak menyebut identitas penulisannya, secara tradisional dipercayai
bahwa penulisannya adalah musa. Kitab-kitab lain dari Thora mengaitkan Musa
sebagai penulisnya, dan kebanyakan sastra Alkitabiah memperlakukan Thora
sebagai kesatuan. Sehingga dapat dipahami bahwa Musa lah penulisnya.[6] Namun
diantara para ahli masa kini terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang
banyak bahan dalam kitab-kitab tersebut yang sungguh berasal dari Musa.[7]
Sudah
biasa dibeberapa kalangan cendikiawan untuk memandang kitab Kejadian berisi
berbagai versi yang disesuaikan dari mitologi masyarakat Babilonia. Karena
Mesopotamia membanggakan diri sebagai tempat lahirnya kebudayaan Timur dekat kuno, dank arena sastra Babilonia
lebih tua dari pada tanggal-tanggal yang umumnya diterima untuk kitab Kejadian,
maka telah diperkirakan bahwa adanya kesamaan-kesamaan tersebut menunjukkan
kebergantungan Alkitab pada materi Babilonia.[8]
Banyak para ahli Alkitab berpendapat bahwa kitab Kejadian ditulis sekitar tahun
900-500sM.[9]
2.3.Analisa
Sumber
Pada
kitab perjanjian lama dapat dikemukakan kedalam teori empat sumber kitab taurat
adalah sebagai berikut :
1. Sumber
Y (Yahwist)
Sumber
ini menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan bangsa
Israel dari mesir dan perkembangan mereka setelah berada di kanaan. Ciri khas
berdasarkan sumber ini adalah :
a. Allah
disebut dengan nama Yahwe juga nenek moyang bangsa Israel sudah mengenal
b. Pada
umumnya Allah digambarkan sebagai manusia (antropomorf)
c. Sumber
ini bersifat universalistis artinya Allah adalah khalik langit dan bumi.[10]
Pandangan
sumber Y yang paling terpenting adalah panggilan Allah, Allah memanggil Abraham
menjadi bapa leluhur bagi suatu bangsa besar yang dijanjikan Allah kepadanya.
Sumber Y menitik beratkan perbuatan besar Yahwe dan kesetiannya kepada
orang-orang lemah. [11]
2. Sumber
E (Elohist)
Sumber
E (Elohist), yaitu sumber yang menggunakan istilah Elohim untuk menyebut Tuhan
Allah.[12]
Pandangan teologia E yang paling penting dan dominan adalah relasi yang khusus
antara Allah dan bangsa Israel. Begitu pentingnya konsep pemikiran tentang
pemilihan nenek moyang dan bangsa Israel ini sehingga seluruh perhatian sumber
E ditujukan kepada orang-orang yang dipilih dan yang percaya kepada Allah. Itu
berarti bahwa sumber ini bersifat partikularistis dan sumber ini ditulis
kira-kira pada tahun 800-700 SM di kerajaan utara Israel.
3. Sumber
D (Deuteronomist)
Sumber
ini muncul di Yerusalem ketika bait Allah sedang diperbaiki atas perintah raja Yosia. Pada
saat itu para tukang menemukan suatu naskah gulungan yang disebut sebagai
taurat dan merupakan sebagai bagian dari Kitab Ulangan, yaitu pasal 12-26.
Pandangan sumber D yang paling menonjol adalah panggilan Allah kepada bangsa
Israel untuk menjadi bangsa pilihan-Nya. Sumber ini muncul diperkirakan pada
tahun 622SM.
4. Sumber
P (Priester Codex)
Sama
seperti namanya Priest (Imam)
diyakini bahwa sumber ini adalah hasil pemikiran dan pengajaran para imam. Sumber
ini lahir kira-kira pada tahun 550-500SM. Maksud dituliskannya sumber P ialah untuk mengingatkan bangsa Israel
bahwa merekalah bangsa kudus Allah.
Disamping
itu juga P menulis suatu sejarah, dimana
P menonjolkan tiga puncak yaitu :
a. Persekutuan
perjanjian antara Allah dan Nuh dengan pelangi sebagai tanda perjanjian itu.
b. Persekutuan
perjanjian antara Allah dan Abraham dengan sunat sebagai tanda.
c. Persekutuan
perjanjian antara Allah dengan Musa (sebagai wakil bangsa Israel) dengan sunat
sebagai tanda.
Sumber
P menitik-beratkan bangsa Israel sebagai bangsa kudus, yang dengannya Allah
mengikat persekutuan perjanjian.[13]
2.4.Sitz
im leben
2.4.1.
Konteks
Sosial
Pada
keturunan Kain terjadilah masalah kawin-mengawinin. Dimana Lamekh adalah orang
pertama berpoligami, menunjukkan sikap sombong ia membanggakan dirinya bisa
memusnakan manusia dengan senjata-senjata yang hebat. Dan juga hal yang menarik
dalam silsilah kain adalah dimana Allah
sama sekali tidak disebut dakam silsilah
tersebut. Hal ini menujukkan bahwa dalam zaman Kain adalh dimana manusia itu
membuat keputusan dengan keinginan
sendiri melewati batasan yang telah Allah berikan.[14]
2.4.2.
Konteks
Ekonomi
Dalam
membangun, raksasa tersebut ada tersembunyi kepercayaan akan kemajuan dan
teknik sebagai juruslamat manusia; didalam seruan itu terjadi pembentukan yang
lebih tinggi. Tehnik dan industry, keahlian dan ilmu sebagai alat penebusan
manusia oleh tangan manusia sendiri.[15]
2.4.3.
Konteks
Agama
Mereka
memberontak melawan perintah Allah, yakni supaya mereka memenuhi seluruh bumi.[16]
Roh Tuhan tidak akan tinggal lagi pada manusia oleh karena dosa manusia. Allah
akan menarik dari manusia RohNya yang memberi hidup kepada manusia, sehingga
mereka mati.[17]
2.5.Analisa
Bentuk
Kitab
Kejadian 1-11 bukanlah mitos, namun bukan juga sejarah, dalam pengertian modern
berupa laporan objektif oleh saksi mata. Kitab ini sebenarnya menyampaikan
kebenaran teologis tentang peristiwa-peristiwa yang pada umumnya digambarkan
dalam jenis simbolis. Hal ini tidak berarti bahwa Kejadian 1-11 menyampaikan
sejarah palsu. Pasal-pasal ini menegaskan kebenaran yang mendasari penciptaan
segala sesuatu oleh Allah; campur tangan Allah yang khususnya dalam penciptaan
manusia pertama; kesatuan umat manusia; keadaan dunia dan manusia yang semula
diciptakan baik; masuknya dosa melalui ketidaktaatan pasangan manusia pertama;
dosa yang merajalela setelah kejatuhan manusia kedalam dosa. Semua kebenaran
ini adalah fakta dan kepastiannya menjamin bahwa fakta-fakta itu benar-benar
ada.[18]
2.6.Analisa
Sastra
Prosa
Gaya
sastra Kitab Kejadian berbeda sekali dari gaya sastra Kitab Keluaran, kitab
pertama dari Taurat menekankan susunan narasi yang terutama memusatkan perhatian
pada tokoh-tokoh serta peristiwa-peristiwa
yang berhubungan dengan mereka. Kitab kejadian merupakan sebuah contoh
Prosa Ibrani Klasik dan umumnya dapat dibaca dengan sangat mantap dan lancar, enam
manuskrip kitab Kejadian yang merupakan kumpulan naskah-naskah laut mati
umumnya mengikuti pembacaan tradisional teks mazoret.[19]
2.7.Analisa
Struktur
Kami penyaji menganalisa struktur Kitab
dari beberapa jenis buku, antaranya :
Struktur I : Struktur
Kitab dari buku “Mari Mengenal Perjanjian” yaitu sebagai berikut:
Kejadian
1 : Penciptaan alam
semesta
Kejadian
2-5 : Manusia pertama, Adam
dan Hawa
Kejadian
6-9 : Nuh dan Air Bah
Kejadian
10-11 : Perkembangan Manusia
Kejadian12:1-25:18 : Riwayat Abraham dan kedua anaknya
Kejadian
25:19- 36 : Riwayat Ishak dan kedua
anaknya
Kejadian
37-50 : Riwayat Yakup dan
keduabelas anaknya[20]
Struktur II : Struktur
Kitab dari buku “Survei Perjanjian Lama” yaitu sebagai berikut:
A. Penciptaan
(1:1-2:3)
B. Sebelum
para bapa leluhur: Perlunya umat perjanjian
a.
Toledoth langit dan bumi (2:4-4:26)
b.
Toledoth Adam (5:1-6:8)
c.
Toledoth Nuh (6:9-9:29)
d.
Toledoth Sem, Ham dan Yafet
(10:1-11:9)
e.
Toledoth Sem (11:10-26)
C. Para
bapa leluhur di Palestina: Penetapan umat perjanjian
a. Toledoth Terah
(11;27-25:11)
b. Toledoth Ismael
(25:12-18)
c. Toledoth Ishak
(25:19-35:29)
d. Toledoth
Esau (36:1-8)
e. Toledoth Esau
(36: 9-37:1)
D. Bapa
leluhur Mesir : Inkubasi untuk umat perjanjian
Struktur III : Struktur
diambil dari buku “Tafsiran Alkitab Masa Kini” yaitu sebagai berikut:
·
1:1-1:3 Pendahuluan
1:1-13 Kawasan Penciptaan
1:14-31 Raja-raja mahluk ciptaan
2:1-3 Raja penciptaan
·
2:4-4:26 Keturunan
langit dan bumi
2:4-25 Kebahagian asli manusia
3:1-24 Masuknya Dosa
4:1-26 Manusia dalam pembuangan
·
5:1-6:8 Keturunan
Adam
5:1-32 Silsilah perjanjian Adam hingga
Nuh
6:1-8 Pengkultusan manusia
·
6:9-9:29 Keturunan
Nuh
6:9-8:19 Perjanjian air bah (Nuh)
8:20-9:17 Perjanjian sesudah air bah
9:18-29 Perjanjian dalam nubuat
·
10:1-11:9 Keturunan anak-anak Nuh
10:1-32 Penyebaran Bangsa-bangsa
11:1-9 Penyebaran dari Babel
·
11:10-26 Keturunan
Sem
·
11:27-25:11 Keturunan Terah
11:27-15:21 Warisan kerajaan Abraham
16:1-22:19 Ahli waris kerajaan Abraham
22:20-25:11 Pengganti raja
·
25:12-18 Keturunan
Ismael
·
25:19-35:29 Keturunan Ishak
25:19-28:9 Warisan dan ahli waris Ishak
28:10-35:29 Yakub bermukim sementara di Siria dan
kembali
·
36:1-37:1 Keturunan Esau
·
37:2-50:26 Keturunan Yakub
37:2-45:28 Ahli waris kerajaan Yakub
46:1-47:27 Israel turun ke Mesir
·
47:28-50:26 Harapan Israel akan pembuangan.[22]
Keputusan: Dari
ketiga struktur diatas, penafsir lebih menyetujui struktur dari buku “Survei
Perjanjian Lama” karena strukturnya lebih rinci, singkat, jelas, sistematis,
dan mudah untuk dimengerti oleh pembaca.
2.8.Analisa
Teks
2.8.1.
Perbandingan
Bahasa
Ayat 4
LAI :
Kenamaan
NIV :
Renown
(masyur)
BDE :
Tarbarita
(Terkenal)
TM :
. ﬣשּﬦ (Ternama)
Kesimpulan
: Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 5
LAI :
TUHAN
NIV :
LORD
(Tuhan)
BDE : Jahowa (Allah)
TM :
יהוה (TUHAN)
Kesimpulan
: Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 6
LAI :
Pilu
NIV :
Grieved
(berduka, bersedih hati)
BDE :
lungun
(sedih)
TM :
עָצַב (bersedih hati)
Keputusan
: Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 7
LAI :
Menghapuskan
NIV :
Wipe
(Menghapus)
BDE :
Ripasahonon
(Memusnahkan)
TM :
עד־ (Menghapus)
Kesimpulan
: Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 8
LAI :
Kasih
Karunia
NIV :
Favor
(Kebaikan)
BDE :
Asi
(Kasihan)
TM :
כּעיני (Anugrah)
Kesimpulan
: Tidak ada yang mendekati TM
2.8.2.
Kritik
Apparatus
Pada
ayat 4 terdapat kata וְיׇלְדֻוּ yang artinya adalah “dan melahirkan” . Dalam kritik apparatus
Teks Pentateukh (Taurat Musa) berbahasa Ibrani-Samaria menurut A. von Gall, Der hebrӓische Pentateuch der Samaritaner (Pentateukh
berbahasa Ibrani dari orang Samaria), 1914-1918 mengusulkan ויולידו yang artinya “dan saya melahirkan.”
Keputusan : Penafsir
Menolak kritik apparatus, dikarenakan mempermudar makna teks.
2.8.3.
Terjemahan
Akhir
Kejadian 6 : 4 “Pada
waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya,
ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan
perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang
gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan”
Kejadian 6 : 5 “Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata”
Kejadian 6 : 6 “maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu menyedihkan hati-Nya”
Kejadian 6: 7 “Berfirmanlah
TUHAN: "Aku akan menghapus
manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa
Aku telah menjadikan mereka”
Kejadian 6 : 8 “Tetapi
Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN”
2.9.Tafsiran
Ayat
4
“Pada waktu itu orang-orang raksasa ada dibumi,.”Orang-orang raksasa yang dimaksudkan disini adalah orang yang
gagah perkasa atau bisa juga tokoh-tokoh raksasa atau bisa juga orang-orang
yang berkuasa atas politik, atau orang-orang raksasa itu diartikan adalah
sebagai penyerang-penyerang atau penguasa-penguasa lalim. Raksasa-raksasa atau
orang orang-orang yang menjadi jagoan oleh karena tenaga mereka; nama mereka
tersiar oleh karena dosa mereka, oleh
karena menjadi jagoan dalam berbuat dosa.
“Anak-anak Allah menghampiri
anak-anak manusia” Anak-anak Allah yang dimaksudkan disini
adalah anak-anak keturunan Set yang juga sudah di sebarluaskan oleh Allah. Dan
anak-anak manusia disini dimaksudkan dengan anak-anak yang tidak beriman. Jadi
dosa anak-anak itu bukan tentang dosa poligami, melainkan dosa karena kawin
dengan orang-orang yang tidak beriman yang menimbulkan suatu persektuan yang
tidak suci. Menjadi kenamaan itu
dilakukan melalui kekerasan dan kematian yang tersebar luas.
Ayat
5
“Ketika dilihat TUHAN, bahwa
kejahatan manusia besar dibumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata.”Ayat ini juga
mengajarkan bahwa anak-anak Allah yaitu keturunan Set yang kudus menjadi bobrok
karena saling mengawini dengan keturunan Kain yang tidak mengenal Allah. Mungkin
sekali terdapat satu masa yang panjang. Manusia tidak menginginkan untuk bertobat
kepada Allah. Semakin hari semakin banyak dosa yang mereka perbuat dan pula
mereka semakin berkeras hati untuk bertobat kepada Allah. Dalam ayat ini
mengatakan bahwa kejahatan manusia itu besar dibumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Penilaian Allah
sebelum masa air bah merupakan kisah yang paling memilukan hati-Nya. Kerusakan yang
luar biasa didunia sebelum masa air bah itu diuraikan lebih lanjut pada ayat
11-13. Allah sudah memperhatikan sejak lama, tetapi Allah sudah tidak sabar
lagi menghadapi kecongkakan yang sudah merajarela dari umat yang semata-mata
jahat.
Ayat
6
“maka menyesallah TUHAN,”Ketika
TUHAN melihat kejahatan manusia, ia “menyesal” bahwa ia menjadikan manusia dan
hati-Nya bersedih. Sebenarnya Allah tidak menyesal tetapi ini merupakan
ungkapan untuk menunjukkan bahwa kepiluan hati Allah sangat dalam karena
kebobrokan manusia. Penyesalan itu bukan berati Allah tidak konsisten akan
keputusannya, atau Allah yang tidak mau mengampuni kesalahan umat nya bahkan
mungkin menghitung-hitung kesalahan umat-Nya. Tetapi Allah bersedih hati dengan semua yang telah
diciptakan-Nya. Allah akan berhenti menyatakan salah dan berhenti mencegah
secara murah hati, dan akan mendatangkan hukuman. Istilah menyesal itu hanya
sekedar mengungkapkan ketidaksetujuan Allah atas kebobrokan manusia, dan
tidaklah berarti bahwa Allah kaget
melihat apa yang terjadi pada manusia itu.
Ayat
7 dan Ayat 8
“Aku akan menghapuskan manusia yang
telah Kuciptakan itu dari muka bumi,.”Allah telah berfirman
bahwa Dia akan memusnahkan manusia dari bumi ini, namun tidak semuanya manusia
itu dimusnahkan. Hal itu terjadi karena kalau Allah memusnahkan semua
manusia itu maka rencana Allah yang
Mahatahu dan Mahakuasa akan gagal. Pada ayat ke-8 Allah menyelamatkan seorang
yang berkenan kepada-Nya yaitu Nuh seorang yang tulus hati dan jujur dalam generasinya. Hal itu
merupakan pernyataan kasih karunia Allah kepada manusia. Dimana seolah-olah
penyelamatan kepada Nuh dalam peristiwa ini menggambarkan penyelamatan Allah.
2.10.
Skopus
“Penyesalan Allah”
III.
Refleksi
Teologis
Pada
masa kini dapat kita lihat bahwa manusia masih ada yang melakukan segala
sesuatunya sesuai keinginan mereka tanpa mendengarkan apa keputusan Allah untuk
mereka lakukan. Dapat kita lihat pada
manusia sekarang yaitu dalam pemerintahan, dimana manusia memerintah sesuka
hatinya dan bahkan banyak menindas orang-orang bawahannya. Melalui Kejadian 6 :
4-8 ini dapat kita ketahui bahwa Allah
adalah Allah yang setia pada janji-Nya dimana ketika Allah berencana untuk memusnahkan manusia.
Allah setia pada janji-Nya yang diberikan-Nya kepada manusia yang Dia ciptakan
yaitu Adam dan Hawa. Dimana kita mengetahui bahwa Allah menjanjikan keselamatan
bagi manusia itu akibat dosanya dan kasih Allah kepada manusia berdosa tidak
pernah berkesudahan.
IV.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang kita dapatkan pada pembahasa kali ini adalah kita mengetahui bagaimana sejarah pada kitab Kejadian, terkhususnya kitab Kejadian 6
: 4-8 yang mengatakan bahwasannya janji Allah itu setia, dengan bukti janji
Allah digenapi dalam diri Nuh, dimana Nuh diselamatkan dari penghukuman air bah yang memusnakan
manusia. Dan apabila tidak ada manusia yang diselamatkan dari dari penghukuman
tersebut, maka gagallah Allah kita yang Mahatahu dan Mahakuasa. Dan pada masa
sekarang dapat kita lihat bahwasannya janji Allah itu digenapi dalam diri Yesus Kristus. Dimana
Yesus menyelamatkan dari Dosa kita.
V.
Daftar
Pustaka
Baker L.David, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 2005
Bakker F.L., Sedjarah Keradjaan Allah, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1972
Blommendaal J.,Pengantar Kepada Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK-GM, 2012
Davis J. John., Eksposisi Kitab Kejadian,Malang: Gandum
Mas, 2001
Dkk, J.
Damamain, Tafsiran Perjanjian Lama,
Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan,1998
Holladay Carl R
& Jhon H. Hayes., Biblical Exegesis Atlanta
: Jhon Knox Press, 1982
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan
Sejarah,
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan
Sejarah, Jakarta: BPK-GM, 2010
Lempp Walter, Kitab Kejadian 5: 1-12:3, Jakarta:
Gunung Mulia, 2009
Mendaal J. Blom,
Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 2005
Saragih Agus
Jetron, Exegese Naratif, Medan: P3M
STT.AS, 2006
Saragih Agus
Jetron, Teologi Perjanjian Lama dalam
Isu-isu Kontekstual , Medan: Bina Media Perintis, 2015
Tracy Bavid
& Robert M.Grannt, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM,1988
Walton H Jhon.
dan, Andrew E.Hill Survei Perjanjian Lama,Malang:
Gandum Mas, 1998
[1] Jhon H. Hayes & Carl R.Holladay, Biblical Exegesis, (Atlanta : Jhon Knox
Press, 1982),53
[2] Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif, (Medan: P3M STT.AS, 2006),29
[3]
Robert M.Grannt & Bavid Tracy, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM,1988), 173
[4]
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I Taurat
dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 2010),111
[5]
J. Blommendaal, Pengantar Kepada
Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 23
[6]
Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama,(Malang: Gandum Mas, 1998 ),141
[7]
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian
Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 25
[8]
Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama,
[9]
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian
Lama, 27
[10]
J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian
Lama,(Jakarta: BPK-GM, 2012), 18
[11] Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu Kontekstual , (Medan: Bina
Media Perintis, 2015), 3
[12]
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian
Lama, 26
[13]
J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian
Lama, 20-21
[14]John
J.Davis, Eksposisi Kitab Kejadian,(Malang:
Gandum Mas, 2001), 50
[15]
Walter Lempp, Kitab Kejadian 5: 1-12:3, (Jakarta:
Gunung Mulia, 2009), 164
[16]
John J.Davis, Eksposisi Kitab Kejadian,(Malang:
Gandum Mas, 2001), 155
[17]
J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian
Lama, 65
[18]
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I
Taurat dan Sejarah, 118-119
[19]
Jhon J. Davis, Kitab Kejadian,
(Malang: Gandum Mas 2001),31
[20]
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian
Lama, 33-35
[21]
Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama,146-147
[22]J.
Damamain,dkk, Tafsiran Perjanjian Lama, (Jakarta:
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan,1998),79-80
https://kitabhenokh.wordpress.com dan https://harituhan.wordpress.com
BalasHapusTafsiran yang sangat menarik, terimakasih.
BalasHapusSama sama
Hapus