Tafsiran (Kejadian 6 : 4-8) Metode Historis Kristis

Nama              : Adryan Putra Tua Hutabarat
NIM                : 01.15.1208
Ting/Jur         : IIa/ Theologia
M.Kuliah        : Hermeneutik Perjanjian Lama I
Dosen              : Dr. Jontor Situmorang
Tafsiran (Kejadian 6 : 4-8) Metode Historis Kristis
I.                   Pendahuluan
Ada lima kitab Taurat yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Dan untuk pertemuan diawal semester ini, kita akan membahas kitab Kejadian dan terkhususnya dalam menafsir Kejadian 6:4-8 yang berisikan “Penyesalan Allah” dengan menggunakan metode penafsiran Historis Kritis. Semoga dalam pertemuan kita kali ini bermanfaat bagi kita semua. Dan jika ada kritik dan saran dari bapak dosen serta teman-teman semua, saya bersedia untuk menerimanya untuk menambah wawasan kita bersama. Tuhan Yesus Memberkati.
II.                Pembahasan
2.1.Metode Historis Kritis
Kritik Historis kritis merupakan salah satu cara penafsiran Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan arti dan makna yang terkandung dalam suatu teks Alkitab.[1] Ada tiga asumsi dasar dalam pendekatan historis kritis:
1.      Alkitab sebagai buku sejarah yang perlu diselidiki kebenarannya
2.      Penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus terlepas dari lingkungan
3.      Fungsi analisa tidak hanya menyangkut keputusan terakhir tetapi harus menyangkut teks buku-buku Alkitabiah.[2]
Tujuan Historis Kritis untuk menemukan arti dan makna dari sebuah teks dengan mengutamakan dari sudut pandang sejarahnya secara kritis dan sistematis serta menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksa  teks dari kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang kedalam horizon pengertian masa kini.[3]
2.2.Analisa Peredaksian
2.2.1 Nama Kitab
Dalam bahasa Ibrani kitab Kejadian disebut ­beresyit (pada mulanya) dalam kata pembuka kita tersebut. Mengenai nama ini sesuai karena dengan kitab kejadian menceritakan awal dari segala sesuatu yang berhubungan dengan iman umat Allah dalam Alkitab.[4] Kitab Kejadian adalah salah satu dari kitab yang dalam bahasa Ibrani disebut Thorah (taurat) yang berarti “Pengajaran” yaitu wahyu/pernyataan Allah yang diberi kepada imam-imam.[5]
2.2.2 Penulis, waktu penulisan dan tempat penulisan
Kitab Kejadian tidak menyebut identitas penulisannya, secara tradisional dipercayai bahwa penulisannya adalah musa. Kitab-kitab lain dari Thora mengaitkan Musa sebagai penulisnya, dan kebanyakan sastra Alkitabiah memperlakukan Thora sebagai kesatuan. Sehingga dapat dipahami bahwa Musa lah penulisnya.[6] Namun diantara para ahli masa kini terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang banyak bahan dalam kitab-kitab tersebut yang sungguh berasal dari Musa.[7]
Sudah biasa dibeberapa kalangan cendikiawan untuk memandang kitab Kejadian berisi berbagai versi yang disesuaikan dari mitologi masyarakat Babilonia. Karena Mesopotamia membanggakan diri sebagai tempat lahirnya kebudayaan  Timur dekat kuno, dank arena sastra Babilonia lebih tua dari pada tanggal-tanggal yang umumnya diterima untuk kitab Kejadian, maka telah diperkirakan bahwa adanya kesamaan-kesamaan tersebut menunjukkan kebergantungan Alkitab pada materi Babilonia.[8] Banyak para ahli Alkitab berpendapat bahwa kitab Kejadian ditulis sekitar tahun 900-500sM.[9]
2.3.Analisa Sumber
Pada kitab perjanjian lama dapat dikemukakan kedalam teori empat sumber kitab taurat adalah sebagai berikut :
1.      Sumber Y (Yahwist)
Sumber ini menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan bangsa Israel dari mesir dan perkembangan mereka setelah berada di kanaan. Ciri khas berdasarkan sumber ini adalah :
a.       Allah disebut dengan nama Yahwe juga nenek moyang bangsa Israel sudah mengenal
b.      Pada umumnya Allah digambarkan sebagai manusia (antropomorf)
c.       Sumber ini bersifat universalistis artinya Allah adalah khalik langit dan bumi.[10]
Pandangan sumber Y yang paling terpenting adalah panggilan Allah, Allah memanggil Abraham menjadi bapa leluhur bagi suatu bangsa besar yang dijanjikan Allah kepadanya. Sumber Y menitik beratkan perbuatan besar Yahwe dan kesetiannya kepada orang-orang lemah. [11]


2.      Sumber E (Elohist)
Sumber E (Elohist), yaitu sumber yang menggunakan istilah Elohim untuk menyebut Tuhan Allah.[12] Pandangan teologia E yang paling penting dan dominan adalah relasi yang khusus antara Allah dan bangsa Israel. Begitu pentingnya konsep pemikiran tentang pemilihan nenek moyang dan bangsa Israel ini sehingga seluruh perhatian sumber E ditujukan kepada orang-orang yang dipilih dan yang percaya kepada Allah. Itu berarti bahwa sumber ini bersifat partikularistis dan sumber ini ditulis kira-kira pada tahun 800-700 SM di kerajaan utara Israel.
3.      Sumber D (Deuteronomist)
Sumber ini muncul di Yerusalem ketika bait Allah sedang  diperbaiki atas perintah raja Yosia. Pada saat itu para tukang menemukan suatu naskah gulungan yang disebut sebagai taurat dan merupakan sebagai bagian dari Kitab Ulangan, yaitu pasal 12-26. Pandangan sumber D yang paling menonjol adalah panggilan Allah kepada bangsa Israel untuk menjadi bangsa pilihan-Nya. Sumber ini muncul diperkirakan pada tahun 622SM.
4.      Sumber P (Priester Codex)
Sama seperti namanya Priest (Imam) diyakini bahwa sumber ini adalah hasil pemikiran dan pengajaran para imam. Sumber ini lahir kira-kira pada tahun 550-500SM. Maksud dituliskannya  sumber P ialah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa kudus Allah.
Disamping itu juga P menulis suatu  sejarah, dimana P menonjolkan tiga puncak yaitu :
a.       Persekutuan perjanjian antara Allah dan Nuh dengan pelangi sebagai tanda perjanjian itu.
b.      Persekutuan perjanjian antara Allah dan Abraham dengan sunat sebagai tanda.
c.       Persekutuan perjanjian antara Allah dengan Musa (sebagai wakil bangsa Israel) dengan sunat sebagai tanda.
Sumber P menitik-beratkan bangsa Israel sebagai bangsa kudus, yang dengannya Allah mengikat persekutuan perjanjian.[13]
2.4.Sitz im leben
2.4.1.      Konteks Sosial
Pada keturunan Kain terjadilah masalah kawin-mengawinin. Dimana Lamekh adalah orang pertama berpoligami, menunjukkan sikap sombong ia membanggakan dirinya bisa memusnakan manusia dengan senjata-senjata yang hebat. Dan juga hal yang menarik dalam silsilah  kain adalah dimana Allah sama sekali tidak disebut  dakam silsilah tersebut. Hal ini menujukkan bahwa dalam zaman Kain adalh dimana manusia itu membuat keputusan  dengan keinginan sendiri melewati batasan yang telah Allah berikan.[14]

2.4.2.      Konteks Ekonomi
Dalam membangun, raksasa tersebut ada tersembunyi kepercayaan akan kemajuan dan teknik sebagai juruslamat manusia; didalam seruan itu terjadi pembentukan yang lebih tinggi. Tehnik dan industry, keahlian dan ilmu sebagai alat penebusan manusia oleh tangan manusia sendiri.[15]
2.4.3.      Konteks Agama
Mereka memberontak melawan perintah Allah, yakni supaya mereka memenuhi seluruh bumi.[16] Roh Tuhan tidak akan tinggal lagi pada manusia oleh karena dosa manusia. Allah akan menarik dari manusia RohNya yang memberi hidup kepada manusia, sehingga mereka mati.[17]
2.5.Analisa Bentuk
Kitab Kejadian 1-11 bukanlah mitos, namun bukan juga sejarah, dalam pengertian modern berupa laporan objektif oleh saksi mata. Kitab ini sebenarnya menyampaikan kebenaran teologis tentang peristiwa-peristiwa yang pada umumnya digambarkan dalam jenis simbolis. Hal ini tidak berarti bahwa Kejadian 1-11 menyampaikan sejarah palsu. Pasal-pasal ini menegaskan kebenaran yang mendasari penciptaan segala sesuatu oleh Allah; campur tangan Allah yang khususnya dalam penciptaan manusia pertama; kesatuan umat manusia; keadaan dunia dan manusia yang semula diciptakan baik; masuknya dosa melalui ketidaktaatan pasangan manusia pertama; dosa yang merajalela setelah kejatuhan manusia kedalam dosa. Semua kebenaran ini adalah fakta dan kepastiannya menjamin bahwa fakta-fakta itu benar-benar ada.[18]
2.6.Analisa Sastra
Prosa
Gaya sastra Kitab Kejadian berbeda sekali dari gaya sastra Kitab Keluaran, kitab pertama dari Taurat menekankan susunan narasi yang terutama memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh serta peristiwa-peristiwa  yang berhubungan dengan mereka. Kitab kejadian merupakan sebuah contoh Prosa Ibrani Klasik dan umumnya dapat dibaca dengan sangat mantap dan lancar, enam manuskrip kitab Kejadian yang merupakan kumpulan naskah-naskah laut mati umumnya mengikuti pembacaan tradisional teks mazoret.[19]
2.7.Analisa Struktur
Kami penyaji menganalisa struktur Kitab dari beberapa jenis buku, antaranya :
Struktur I : Struktur Kitab dari buku “Mari Mengenal Perjanjian” yaitu sebagai berikut:
Kejadian 1                   : Penciptaan alam semesta
Kejadian 2-5               : Manusia pertama, Adam dan Hawa
Kejadian 6-9               : Nuh dan Air Bah
Kejadian 10-11           : Perkembangan Manusia
Kejadian12:1-25:18    : Riwayat Abraham dan kedua anaknya
Kejadian 25:19- 36     : Riwayat Ishak dan kedua anaknya
Kejadian 37-50           : Riwayat Yakup dan keduabelas anaknya[20]
Struktur II : Struktur Kitab dari buku “Survei Perjanjian Lama” yaitu sebagai berikut:
A.    Penciptaan (1:1-2:3)
B.     Sebelum para bapa leluhur: Perlunya umat perjanjian
a. Toledoth langit dan bumi (2:4-4:26)
b. Toledoth Adam (5:1-6:8)
c. Toledoth Nuh (6:9-9:29)
d. Toledoth Sem, Ham dan Yafet (10:1-11:9)
e. Toledoth Sem (11:10-26)
C.     Para bapa leluhur di Palestina: Penetapan umat perjanjian
a.       Toledoth Terah (11;27-25:11)
b.      Toledoth Ismael (25:12-18)
c.       Toledoth Ishak (25:19-35:29)
d.      Toledoth Esau (36:1-8)
e.       Toledoth Esau (36: 9-37:1)
D.    Bapa leluhur Mesir : Inkubasi untuk umat perjanjian
a.       Toledoth Yakub (37:2-50:26).[21]
Struktur III : Struktur diambil dari buku “Tafsiran Alkitab Masa Kini” yaitu sebagai berikut:
·         1:1-1:3             Pendahuluan
                        1:1-13              Kawasan Penciptaan
                        1:14-31            Raja-raja mahluk ciptaan
                        2:1-3                Raja penciptaan
·         2:4-4:26           Keturunan langit dan bumi
2:4-25              Kebahagian asli manusia
3:1-24              Masuknya Dosa
4:1-26              Manusia dalam pembuangan
·         5:1-6:8             Keturunan Adam
5:1-32              Silsilah perjanjian Adam hingga Nuh
6:1-8                Pengkultusan manusia
·         6:9-9:29           Keturunan Nuh
6:9-8:19           Perjanjian air bah (Nuh)
8:20-9:17         Perjanjian sesudah air bah
9:18-29            Perjanjian dalam nubuat
·         10:1-11:9         Keturunan anak-anak Nuh
10:1-32            Penyebaran Bangsa-bangsa
11:1-9              Penyebaran dari Babel
·         11:10-26          Keturunan Sem
·         11:27-25:11     Keturunan Terah
11:27-15:21     Warisan kerajaan Abraham
16:1-22:19       Ahli waris kerajaan Abraham
22:20-25:11     Pengganti raja
·         25:12-18          Keturunan Ismael
·         25:19-35:29     Keturunan Ishak
25:19-28:9       Warisan dan ahli waris Ishak
28:10-35:29     Yakub bermukim sementara di Siria dan kembali
·         36:1-37:1         Keturunan Esau
·         37:2-50:26       Keturunan Yakub
37:2-45:28       Ahli waris kerajaan Yakub
46:1-47:27       Israel turun ke Mesir  
·         47:28-50:26     Harapan Israel akan pembuangan.[22]
Keputusan: Dari ketiga struktur diatas, penafsir lebih menyetujui struktur dari buku “Survei Perjanjian Lama” karena strukturnya lebih rinci, singkat, jelas, sistematis, dan mudah untuk dimengerti oleh pembaca.

2.8.Analisa Teks
2.8.1.      Perbandingan Bahasa
Ayat 4
LAI     : Kenamaan
NIV     : Renown (masyur)
BDE    : Tarbarita (Terkenal)
TM      : . ﬣשּﬦ                        (Ternama)
Kesimpulan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 5
LAI     : TUHAN
NIV     : LORD (Tuhan)
BDE    : Jahowa (Allah)
TM      : יהוה (TUHAN)
Kesimpulan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 6
LAI     : Pilu
NIV     : Grieved (berduka, bersedih hati)
BDE    : lungun (sedih)
TM      : עָצַב (bersedih hati)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 7
LAI     :  Menghapuskan
NIV     : Wipe (Menghapus)
BDE    : Ripasahonon (Memusnahkan)
TM      : עד־     (Menghapus)
Kesimpulan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 8
LAI     : Kasih Karunia
NIV     : Favor (Kebaikan)
BDE    : Asi (Kasihan)
TM      : כּעיני (Anugrah)
Kesimpulan : Tidak ada yang mendekati TM
2.8.2.      Kritik Apparatus
Pada ayat 4 terdapat kata וְיׇלְדֻוּ yang artinya adalah “dan melahirkan” . Dalam kritik apparatus Teks Pentateukh (Taurat Musa) berbahasa Ibrani-Samaria menurut A. von Gall, Der hebrӓische Pentateuch der Samaritaner (Pentateukh berbahasa Ibrani dari orang Samaria), 1914-1918 mengusulkan ויולידו yang artinya “dan saya melahirkan.”
Keputusan : Penafsir Menolak kritik apparatus, dikarenakan mempermudar makna teks.


2.8.3.      Terjemahan Akhir
Kejadian 6 : 4 “Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan”
Kejadian 6 : 5 “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata
Kejadian 6 : 6 “maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu menyedihkan hati-Nya
Kejadian 6: 7 “Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapus manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka
Kejadian 6 : 8 “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN
2.9.Tafsiran
Ayat 4
Pada waktu itu orang-orang raksasa ada dibumi,.Orang-orang raksasa yang dimaksudkan disini adalah orang yang gagah perkasa atau bisa juga tokoh-tokoh raksasa atau bisa juga orang-orang yang berkuasa atas politik, atau orang-orang raksasa itu diartikan adalah sebagai penyerang-penyerang atau penguasa-penguasa lalim. Raksasa-raksasa atau orang orang-orang yang menjadi jagoan oleh karena tenaga mereka; nama mereka tersiar oleh karena dosa mereka, oleh  karena menjadi jagoan dalam berbuat dosa.
“Anak-anak Allah menghampiri anak-anak manusia” Anak-anak Allah yang dimaksudkan disini adalah anak-anak keturunan Set yang juga sudah di sebarluaskan oleh Allah. Dan anak-anak manusia disini dimaksudkan dengan anak-anak yang tidak beriman. Jadi dosa anak-anak itu bukan tentang dosa poligami, melainkan dosa karena kawin dengan orang-orang yang tidak beriman yang menimbulkan suatu persektuan yang tidak suci. Menjadi kenamaan itu dilakukan melalui kekerasan dan kematian yang tersebar luas.
Ayat 5
“Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar dibumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.”Ayat ini juga mengajarkan bahwa anak-anak Allah yaitu keturunan Set yang kudus menjadi bobrok karena saling mengawini dengan keturunan Kain yang tidak mengenal Allah. Mungkin sekali terdapat satu masa yang panjang. Manusia tidak menginginkan untuk bertobat kepada Allah. Semakin hari semakin banyak dosa yang mereka perbuat dan pula mereka semakin berkeras hati untuk bertobat kepada Allah. Dalam ayat ini mengatakan bahwa kejahatan manusia itu besar dibumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Penilaian Allah sebelum masa air bah merupakan kisah yang paling memilukan hati-Nya. Kerusakan yang luar biasa didunia sebelum masa air bah itu diuraikan lebih lanjut pada ayat 11-13. Allah sudah memperhatikan sejak lama, tetapi Allah sudah tidak sabar lagi menghadapi kecongkakan yang sudah merajarela dari umat yang semata-mata jahat.
Ayat 6
“maka menyesallah TUHAN,”Ketika TUHAN melihat kejahatan manusia, ia “menyesal” bahwa ia menjadikan manusia dan hati-Nya bersedih. Sebenarnya Allah tidak menyesal tetapi ini merupakan ungkapan untuk menunjukkan bahwa kepiluan hati Allah sangat dalam karena kebobrokan manusia. Penyesalan itu bukan berati Allah tidak konsisten akan keputusannya, atau Allah yang tidak mau mengampuni kesalahan umat nya bahkan mungkin menghitung-hitung kesalahan umat-Nya. Tetapi Allah  bersedih hati dengan semua yang telah diciptakan-Nya. Allah akan berhenti menyatakan salah dan berhenti mencegah secara murah hati, dan akan mendatangkan hukuman. Istilah menyesal itu hanya sekedar mengungkapkan ketidaksetujuan Allah atas kebobrokan manusia, dan tidaklah berarti  bahwa Allah kaget melihat apa yang terjadi pada manusia itu.
Ayat 7 dan Ayat 8
“Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi,.”Allah telah berfirman bahwa Dia akan memusnahkan manusia dari bumi ini, namun tidak semuanya manusia itu dimusnahkan. Hal itu terjadi karena kalau Allah memusnahkan semua manusia  itu maka rencana Allah yang Mahatahu dan Mahakuasa akan gagal. Pada ayat ke-8 Allah menyelamatkan seorang yang berkenan kepada-Nya yaitu Nuh seorang yang tulus hati  dan jujur dalam generasinya. Hal itu merupakan pernyataan kasih karunia Allah kepada manusia. Dimana seolah-olah penyelamatan kepada Nuh dalam peristiwa ini menggambarkan penyelamatan Allah.
2.10.                    Skopus
“Penyesalan Allah”
III.             Refleksi Teologis
Pada masa kini dapat kita lihat bahwa manusia masih ada yang melakukan segala sesuatunya sesuai keinginan mereka tanpa mendengarkan apa keputusan Allah untuk mereka lakukan.  Dapat kita lihat pada manusia sekarang yaitu dalam pemerintahan, dimana manusia memerintah sesuka hatinya dan bahkan banyak menindas orang-orang bawahannya. Melalui Kejadian 6 : 4-8 ini dapat kita  ketahui bahwa Allah adalah Allah yang setia pada janji-Nya dimana ketika  Allah berencana untuk memusnahkan manusia. Allah setia pada janji-Nya yang diberikan-Nya kepada manusia yang Dia ciptakan yaitu Adam dan Hawa. Dimana kita mengetahui bahwa Allah menjanjikan keselamatan bagi manusia itu akibat dosanya dan kasih Allah kepada manusia berdosa tidak pernah berkesudahan.


IV.             Kesimpulan
Kesimpulan yang kita dapatkan pada pembahasa kali ini adalah  kita mengetahui bagaimana sejarah pada  kitab Kejadian, terkhususnya kitab Kejadian 6 : 4-8 yang mengatakan bahwasannya janji Allah itu setia, dengan bukti janji Allah digenapi dalam diri Nuh, dimana Nuh diselamatkan  dari penghukuman air bah yang memusnakan manusia. Dan apabila tidak ada manusia yang diselamatkan dari dari penghukuman tersebut, maka gagallah Allah kita yang Mahatahu dan Mahakuasa. Dan pada masa sekarang dapat kita lihat bahwasannya janji Allah  itu digenapi dalam diri Yesus Kristus. Dimana Yesus menyelamatkan dari Dosa kita.
V.                Daftar Pustaka
Baker L.David, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005
Bakker F.L., Sedjarah Keradjaan Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1972
Blommendaal J.,Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2012
Davis J. John., Eksposisi Kitab Kejadian,Malang: Gandum Mas, 2001
Dkk, J. Damamain, Tafsiran Perjanjian Lama, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan,1998
Holladay Carl R & Jhon H. Hayes., Biblical Exegesis Atlanta : Jhon Knox Press, 1982
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan Sejarah,
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan Sejarah, Jakarta: BPK-GM, 2010
Lempp Walter, Kitab Kejadian 5: 1-12:3, Jakarta: Gunung Mulia, 2009
Mendaal J. Blom, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005
Saragih Agus Jetron, Exegese Naratif, Medan: P3M STT.AS, 2006
Saragih Agus Jetron, Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu Kontekstual , Medan: Bina Media Perintis, 2015
Tracy Bavid & Robert M.Grannt,  Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM,1988
Walton H Jhon. dan, Andrew E.Hill Survei Perjanjian Lama,Malang: Gandum Mas, 1998



[1]  Jhon H. Hayes & Carl R.Holladay, Biblical Exegesis, (Atlanta : Jhon Knox Press, 1982),53
[2]  Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif, (Medan: P3M STT.AS, 2006),29
[3] Robert M.Grannt & Bavid Tracy,  Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,1988), 173
[4] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 2010),111
[5] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 23
[6] Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama,(Malang: Gandum Mas, 1998 ),141
[7] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 25
[8] Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama,
[9] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 27
[10] J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian Lama,(Jakarta: BPK-GM, 2012), 18
[11]  Agus Jetron Saragih, Teologi Perjanjian Lama dalam Isu-isu Kontekstual , (Medan: Bina Media Perintis, 2015), 3
[12] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 26
[13] J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 20-21
[14]John J.Davis, Eksposisi Kitab Kejadian,(Malang: Gandum Mas, 2001), 50
[15] Walter Lempp, Kitab Kejadian 5: 1-12:3, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 164
[16] John J.Davis, Eksposisi Kitab Kejadian,(Malang: Gandum Mas, 2001), 155
[17] J.Blommendaal,Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 65
[18] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I Taurat dan Sejarah, 118-119
[19] Jhon J. Davis, Kitab Kejadian, (Malang: Gandum Mas 2001),31
[20] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 33-35
[21] Andrew E.Hill dan Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama,146-147
[22]J. Damamain,dkk, Tafsiran Perjanjian Lama, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan,1998),79-80 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Undangan Gereja

Kateketik